SELEKSI
BPI: TIPS DAN KEJUTAN-KEJUTANNYA
Sapa
Tekenan Ketekunan Bakale Ketekan, begitulah kata pepatah
jawa, siapapun yang tekun, bersungguh-sungguh, niscaya akan tercapai
cita-citanya. Pepatah leluhur itu pula yang kujadikan moto dalam hidupku dan mengantarkanku
menjadi salah satu Awardee Beasiswa
Pendidikan Indonesia (BPI) atau lebih dikenal dengan beasiswa LPDP. Sungguh,
perlu ada niat yang kuat, diikuti kesungguhan level baja untuk menggapai
sesuatu. Sesudah kesulitan pasti ada kemudahan, begitulah kata ajaran agama. Jadi,
untuk para pejuang yang akan mendaftar beasiswa seberapa kali kalian gagal,
janganlah menyerah, karena pasti ada rencana yang indah, yang telah disiapkan
oleh Tuhan untuk hamba-hambanya yang bekerja keras. Semangat!!! J J
J
Pada
tulisan ini, penulis berusaha memberikan tips
sesuai pengalaman penulis dalam meraih beasiswa LPDP. Penulis juga membatasi pengalaman hanya pada
proses seleksi beasiswa LPDP batch 1 2017 dan sesekali mengulas kegagalan
dalam batch 4 2016. Sebelumnya, penulis akan memberikan gambaran tentang
kebijakan beasiswa LPDP di tahun 2017. Tahun 2017 dapat saya sebut sebagai
tahunnya revolusi LPDP dalam seleksi beasiswanya. Bagaimana tidak, terdapat
beberapa perubahan mendasar (kejutan) jika dibandingkan dengan seleksi sebelumnya.
Perubahan yang pertama dapat dilihat dari banyaknya gelombang (batch) yang ada, semula ada empat batch baik untuk pendaftar dengan tujuan
universitas dalam negeri maupun tujuan luar negeri berubah menjadi hanya dua
batch yaitu batch 1 diperuntukkan
untuk pendaftar dengan tujuan universitas dalam negeri, dan batch 2 diperuntukkan untuk pendaftar
dengan tujuan universitas luar negeri. Yang kedua, penambahan tes online assesment dalam rangkaian
seleksi. Yang ketiga, kebijakan intake kuliah
yang harus menunggu hingga tahun 2018. Dan yang keempat adanya perubahan dalam
komponen yang di biayai dalam beasiswa LPDP ini. Pembaca sekalian bisa membaca
lebih lanjut pada booklet yang telah
disediakan oleh LPDP.
Saya
dan seleksi beasiswa LPDP sudah berjumpa sebanyak 2 kali, dengan muka yang
berbeda. Awalnya, tekad saya begitu kuat untuk mendaftar beasiswa ini. Namun, saat
pendaftaran batch 4 2016 di buka,
orang tua saya mendapatkan musibah. Sehingga, konsentrasi untuk mendaftar
menjadi terpecah. Walaupun akhirnya berhasil lolos hingga seleksi sustansi,
nyatanya saya belum diizinkan menjadi awardee
saat itu. Mungkin, Sang Maha Menguasai meminta fokus ke masalah keluarga
dahulu. Baru di kesempatan kali kedua, berbekal pengalaman, kesiapan, dan tekad
menuntut ilmu yang besar. Walamdulillah, saya
berhasil menggampai mimpi. Dari dua pengalaman seleksi, agaknya saya ingin
memberikan beberapa poin penting (tips)
awal yang perlu dimiliki dan disiapkan oleh
pendaftar beasiswa. Yang pertama
adalah niat dan kemauan. Ingatlah seberapapun besarnya niat tanpa diiringi
dengan kemauan niscaya akan sia-sia. Kedua,
bacalah panduan pendaftaran dan persiapkan semua berkas dengan lengkap dan
sesuai. Ketiga, siapkan bekal uang
untuk kegiatan seleksi. Seperti kata pepatah Jer Basuki Mawa Bea, artinya tidak akan mencapai suatu keberhasilan
tanpa pengorbanan, salah satunya adalah biaya. Ya, untuk melengkapi persyaratan-persyaratan
yang diminta pendaftar perlu menyisihkan uang sakunya, minimal untuk
mendapatkan sertifikat bahasa (TOEFL, TOEIC, TOAFL, IELTS, dan sebagainya),
surat keterangan sehat, dan surat keterangan bebas narkoba, dan biaya
perjalanan saat seleksi substansi. Keempat,
yakin, selalu percaya diri, dan lakukan dengan sebaik-baiknya semua urusan
sesuai dengan kemampuan. Kelima, cobalah
untuk membuat jejaring. Jejaring dapat dibangun sesama pejuang beasiswa. Hal
ini bermanfaat untuk berbagi informasi dan juga menambah kawan tentunya. Gak mau kan sendirian alias jomblo???, hehehe. Ingat pahala berjamaah lebih besar daripada sendiri-sendiri.
Dan yang keenam, pasrahkan hasilnya
pada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Seberapa besar usaha kita dalam meraih
beasiswa tetap belum tercapai jika memang Yang Maha Kuasa belum meridhoi langkah
kita. Boleh jadi ini baik bagi kita, tapi tidak bagi Yang Maha dari segala
Kemahaannya.
Selanjutnya,
mari kita bersama menyelami setiap tahapan seleksi beasiswa. Tahapan seleksi yang
pertama dan utama, yaitu seleksi administrasi. Pertama karena ini merupakan
langkah awal dari semua tahapan yang ada dan utama karena menentukan tahapan
berikutnya. Artinya, siapkanlah dengan matang. Seleksi administrasi berupa pengisian daftar riwayat hidup,
pengunggahan berkas dokumen persyaratan, dan essay via online. Bagi
sebagian orang, seleksi ini dianggap mudah. Namun, perlu diingat bahkan kalau
perlu di catat hehehe, bahwa semudah
mudahnya suatu urusan, jika terlalu menganggapnya enteng kadang akan tergelincir juga.
Saya
sendiri, ketika mendaftar batch 1 2017, tidak terlalu mengalami kesulitan,
karena sudah pernah mendaftar pada batch sebelumnya
(bukan maksud untuk menganggaya mudah, lho?).
Saya hanya perlu login dengan akun yang lama dan memperbaharui data. Tinggal
edit-edit data, kelar deh! Nah, yang gak kela-kelar itu mikirin 2 essay dan rencana studi. Sempat ingin
memakai essay yang lama, tetapi
setelah dipiki-pikir, berdasarkan kegagalan di seleksi sebelumnya, perlu ada
yang woow dalam essay. Dalam artian, yang ditulis di essay itu benar-benar yang akan ditawarkan untuk negara. Menurut
saya, inti dari essay yaitu sesuatu
yang besar dan paling bermanfaat bagi lingkungan sekiar dari sekian banyak kegiatan
yang telah di lalui. Untuk rencana studi intinya merupakan suatu inovasi dan
seberapa besar impactnya. Oleh karena itu, perlu matang sekali
menulisnya, jika perlu berdiskusi dengan dosen atau teman yang ahli. Flashback pada sesi interviu, saya
dicecar pertanyaan oleh interviuer di batch
4 2016 tentang kegiatan yang dilalui dan rencana studinya, dan yang membuat glagepan yaitu menggunakan bahasa
inggris. Alhasil, Mikirin itu semua hingga
submit pendaftaran H-3 menjelang penutupan.
O..ya,
bagi yang masih pemula jangan cemas. Perlu
menjadi catatan, dalam pengisian data dapat dilakukan secara berkala, artinya
kita boleh mengisi tidak dalam satu waktu. Oleh karena itu, bagi pendaftar yang
baru pertama kali, buatlah akun terlebih dahulu. Sementara itu, untuk pengisian
data dapat dilakukan ketika kita dalam waktu senggang. Namun, jangan mepet-mepet dengan batas waktu
pendaftaran karena traffic akan padat
bin merayap. Apalagi ketika tepat
batas akhir pendaftaran, bisa jadi ketika mendaftar perlu waktu berjam-jam.
Bahkan jika tidak beruntung bisa melebihi batas waktu yang ditentukan. Jadi,
rencanakan submit pendaftarannya,
seperti Anda merencakan masa depanmu ya!
Dari pengalaman penulis
mengalami dua kali seleksi administrasi beasiswa LPDP, bagian terpenting dalam
tahapan administrasi yaitu sesuai dan lengkap. Berkas-berkas yang diunggah di
laman web harus mengikuti ketentuan yang ada dan lengkap sebanyak yang
dipersyaratkan. Untuk memudahkan dalam pendaftaran, sebaiknya kita membuat CV dan
essay dalam dokumen word. Isi CV sesuai
formulir pendaftaran, yaitu identitas diri, identitas bapak dan ibu, riwayat
pendidikan, riwayat pekerjaan, pengalaman organisasi, prestasi yang pernah
diraih, serifikat bahasa, pengalaman pelatihan/workshop, pengalaman riset,
karya ilmiah, pengalaman konferensi dan seminar, dan penghargaan yang pernah
diraih. Sementara itu dua buah essay yang
ditulis yaitu kontribusiku bagi indonesia (kontribusi yang telah, sedang dan
akan saya lakukan untuk masyarakat/lembaga/ instansi/profesi komunitas saya)
dan sukses terbesar dalam hidupku. Berbekal dua buah dokumen itu, pengisian
formulir pendaftaran online akan
menjadi mudah. Kita tinggal copy-paste saja.
Tahapan seleksi yang kedua
yaitu online assesment (OA). Seperti
telah diutarakan di atas, seleksi jenis ini merupakan seleksi anyar mulai tahun 2017. Karena ini
merupakan jenis seleksi baru maka belum banyak informasi yang beredar. Nah,
itulah gunanya membuat jejaring dengan sesama pejuang beasiswa. Dari beberapa
grup itulah, saya belajar berbagai macam tipe soal yang kira-kira akan
diujikan. Online Assessment terdapat 312 pertanyaan dengan 122 item tes VMI (Values and Motives Inventory) dan 200
item tes 15FQ+ (Fifteen Factors
Questionnaire Plus) dan dilakukan hanya pada satu hari yaitu Selasa tanggal
25 April 2017 tanpa ada batasan waktu. Saya sendiri melaksanakan tes pukul
07.00 WIB untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Bagi yang berada
pada bidang ilmu psikologi paling tidak mengerti tentang hal itu. Kalau dalam
bidang ilmu saya, saya anggap itu sebagai rating
scale, yang hanya menjawab pilihan alternatif dengan kebenaran relatif
pula. Oleh karena itu, saran saya yang pertama
jawablah dengan jujur sesuai keadaan diri, karena hasil OA ini menjadi
dasar dalam sesi substansi nantinya. Kedua,
jawablah dengan konsisten, karena banyak soal yang sama dan mirip yang
diulang pertanyaannya. Tentu hal ini merupakan uji konsistensi dan/atau uji
konfirmasi. Ketiga, jawablah sesuai
keadaan diri dengan dikompromikan dengan profil ideal yang diharapkan oleh
LPDP. Bagaimanapun juga seleksi ini dibuat dan ditujukan untuk LPDP, jadi
sinkronisasi perlu. Keempat, jawablah
pada skala tertinggi atau terendah, jangan berada di tengah-tengah. Jika
disamakan dengan penilaian pendidikan, maka perlu menjawab pernyataan yang
bermuatan positif dengan skala tertinggi, dan pernyataan yang negatif dengan
skala terendah, jangan pada skala yang di tengah-tengah (“ragu-ragu”).
Tahapan seleksi yang ketiga
dan paling menentukan yaitu seleksi substansi. Sebelum menuju ke seleksi
substansi, saya ikut acara offline meet
up untuk berbagi pengalaman cerita substansi di teras gedung widyaloka UB,
Malang. Saya datang ke acara itu, sebenarnya ingin menimba ilmu dari para awardee sebelumnya. Nyatanya awardee yang datang hanya satu, dan dia
adalah teman satu kamar saya ketika seleksi substansi batch 4 2016. Alhasil, saya juga diminta untuk sharing pengalaman gagal...hehehe.
Kemudian kami berlatih LGD dan wawancara. Dengan adanya offline meet up ini, paling tidak saya belajar bagaimana harus
menghadapi seleksi substansi lebih baik lagi.
Seleksi substansi merupakan
seleksi akhir yang akan menentukan lolos tidaknya dalam beasiswa LPDP. Oleh
karena itu, ini seakan partai final dalam sebuah pertandingan bulutangkis
olimpiade. Seleksi ini terdiri dari tiga jenis yaitu Essay on The Spot, Leaderless Grup Discussion, dan Interviu atau Wawacara. Tidak seperti
biasanya, jadwal individu belum juga keluar hingga H-3 pelaksanaan seleksi
substansi (sebagai perbandingan pada batch 4, seminggu sebelum pelaksanaan
sudah keluar pengumumannya). Akhirnya saya pergi ke stasiun untuk beli tiket,
dan yang menguras energi yaitu datang pukul 10.00 baru dapat tiketnya pukul 14.30.
Antri panjang, karena kebetulan bersamaan dengan libur yang cukup panjang. Alhamdulillah..
berhasil dapat tiket dengan duduk...hehe.
Saya memilih lokasi seleksi
substansi di Surabaya karena saat itu saya bekerja di Malang. Bersama dengan
satu orang kenalan saat offline meet up
di UB,dan kemudian secara tidak sengaja bertemu tema saya satu jurusan di
gerbong kereta. Alhasil, reuni deh...hehehe.
Nah, kabar jadwal seleksi individu ternyata muncul, H-13,5 jam menjelang
pelaksanaan. Saat itu, saya dan beberapa teman sedang mencari-cari makan di
samping tempat penginapan. seketika itu heboh. Dan saya menapatkan jadwal sesi
Wawancara di hari pertama, dan Essay on
The Spot (EOTS) dan Leaderless Grup Discussion (LGD), dihari
kedua. Malam harinya, saya dan teman-teman lainnya ngobrol
dan latihan bareng.
Pagi harinya, saya merasa dag..dig..dug..darr. Walaupun sudah kedua
kalinya tetap saja merasa gugup. Bahkan teman sekamar saya sampai komentar
tentang hal itu. Untuk menenangkan diri saya memutusan untuk sholat dhuha dan membaca sholawat. Selepas dhuhur saya pergi ke
lokasi seleksi. Suasana seleksi substansi hari pertama, ternyata tidak seramai batch 4 2016 yang membludak. Saya
kebagian wawancara pukul 14.30, tetapi baru dipanggil sekitar pukul 15.00 dan
masuk ke ruang wawancara pukul 16.00. Untuk menunggu antrean saya duduk di
teras mushola dan ditempat itu pula saya bertemu seseorang yang saya pikir itu
adalah interviuer. Dan benar saja, beliau adalah interviuer di meja saya. Saat
baru masuk langsung, beliau langsung menyapa “Loh, yang tadi?”. Alhasil saya
tak se gugup sebelumnya. Saat wawancara seakan berlangsung lancar tanpa
hambatan dan hanya berlangsung sekitar 30 menit saja. Dan kejutan lainnya, saya
itu merupakan peserta wawancara terakhir dalam sesi di hari itu. Pulang dari
lokasiseleksi sudah sepi senyap. Tips dari
saya untuk sesi ini pastikan tenang dan percaya diri, pahami benar essay yang telah di tulis, karena
sebagian besar pertanyaan berasal dari essay
dan elaborasinya, bawalah bukti-bukti pendukung (saat itu saya sudah siapkan
foto-foto kegiatan yang penting dan beberapa prosiding dan semuanya ditanyakan
oleh interviuer), dan yang terakhir jaga kontak mata.
Pelaksanaan Essay on The Spot (EOTS) selalu
bergandengan dengan Leaderless Grup
Discussion (LGD), karena biasanya akan tergabung dalam grup-grup kecil.
Saya sendiri ada pada grup 9B dan terjadwal pada hari kedua, kloter kedua EOTS
dan LGD di hari itu. Saat EOTS saya dihadapkan pada dua buah pilihan yaitu
tentang sekolah vokasi dan penggunaan cantrang. Karena saya ada di bidang
pendidikan saya memilih sekolah vokasi. Kegiatan essay hanya 30 menit, jadi menuntut kita untuk menulis dan berpikir
secara cepat. Tips bagi sahabat
sekalian, sebaiknya belajar rules pada
IELTS writing task 2. mengikuti berita-berita
terbaru, dan berlatih menulis.
Sementara itu, pelaksanaan
LGD berlangsung dalam satu ruangan dan diawasi oleh 2 orang psikolog. Dan
kejutannya, salah satu psikolog yang ada di ruang itu adalah psikolog yang sama
saat saya menjalani seleksi batch 4
2016. Dan tanpa diduga, setelah selesai LGD, Ibu psikolog itu mengenali wajah
saya dan menyapa saya “Mas nya sudah pernah ikut seleksi ya?” dan dalam hati
saya bilang “Kok tahu bu?”. Mungkin karena saat batch sebelumnya dalam satu ruangan saya laki-laki sendiri dengan
dikelilingi perempuan, termasuk dua orang psikolognya. Jadi wajah saya
diingat-ingat oleh beliaunya..hehe.. Kembali ke suasana LGD. Saat itu, ruangan
telah diseting seperti ruang rapat. Saat itu dalam satu ruangan ada 8 orang,
termasuk saya. Kami mendapatkan tema diskusi “Bonus Demografi”. Topik ini
merupakan topik yang telah dibahas dan keluar pada seleksi batch 4 2016, jadi saya mempunyai sudah gambaran. Tips untuk LGD menurut saya antara lain
usahakan penyampaian pendapat dengan jelas, percaya diri, dan meyakinkan orang
lain, berpendapat seperlunya dan jangan mendominasi, dan usahakan eye contact melihat pembicara dengan
sesekali disertai gerakan seperti mendengarkan dan mencatat.
Setelah seluruh tahapan seleksi
selesai sore harinya saya dan 2 orang teman pergi ke stasiun Surabaya Kota
untuk kembali ke malang, lumayan lah
30 menit jalan kaki. Karena jadwal seleksinya terlalu mepet, jadi saya belum beli tiket balik, dan akhirnya kami pun
harus berdiri selama 3 jam. Namun, hal itu tanpa terasa karena sepanjang
perjalanan kami berbicara tentang perjuangan kami masing-masing.
Pengumuman seleksi substansi
berjarak satu bulan dari pelaksanaan substansi. Waktu yang sangat lama.
Harap-harap cemas. Bertepatan dengan hari senin tanggal 19 Juni 2017, saat
bulan ramadhon, 3 hari setelah saya mengalami pertambahan umur, sekitar pukul
16.03 WIB, pesan cinta datang “Kami beritahukan bahwa Anda dinyatakan LULUS”.
Saat itu juga gembira bercampur haru. Akhirnya perjuangan meraih beasiswa
berakhir manis. Ada hikmah dibalik ketentuan-Nya. Semoga sekelumit kisah ini dapat menjadi
manfaat bagi pembaca sekalian.
Best
Regards
Nur Fidayat, S.Pd.
Comments
Post a Comment